Jumat, 26 Desember 2014

Tulisan 5_etika bisnis_sepedaku

kalau sudah baca autobiografi penulis pasti akan tau tentang tulisan yang satu ini karena tulisan berikut berkaitan tentang awal mula penulis memiliki sepeda....



SEPEDAKU OH SEPEDAKU

Dulu sewaktu saya kecil, hidup dengan keluarga yang sederhana dan harmonis bersama ayah dan ibu saya. Ayah saya yang berkerja sebagai wiraswasta dan ibu saya sebagai ibu rumah tangga. Sewaktu kecil saya itu selalu di manja oleh kedua orang tua saya, apa yang saya inginkan selalu di belikan, tapi bukan dalam waktu yang cepat semua permintaan ku terkabul, dari permintaanku seperti robot – robotan, senjata ninja (suriken), mobil remote control dll. Semua itu bisa terpenuhi.

Suatu ketika saya ingin sekali memeiliki sepeda, akan tetapi ayah saya belum bisa membelikan untuk saya karna ayah saya belum mempunyai uang yang cukup untuk membelikan saya sebuah sepeda, saya nangis-nangis agar ayah cepat membelikan sepeda untuk saya seperti teman – teman.

Suatu pagi dan tepat sekali itu di hari ulang tahun saya, tiba-tiba setelah bangun tidur saya melihat sebuah hadiah yang sepecial dan yang saya inginkan yaitu sebuah sepeda. Saya senang sekali waktu itu. Tapi kesenangan itu hanya beberapa saat saja,karna saya bingung apa yang saya lakukan dengan sepeda saya dan bagaimana cara  mengendarai sepeda itu, karna sebelum meminta sepeda, saya itu belum bisa naik sepeda. Tetapi sungguh baik ayah. Ayah menyuruh teman – teman saya untuk mengajari saya naik sepeda. Hari pertama saya belajar naik sepeda jatuh terus, hari kedua juga masih suka jatuh. Karna keseringan jatuh tangan dan kaki saya itu banyak korengnya (luka – luka). Hari demi hari saya belajar naik sepeda dan akhirnya usaha teman – teman saya tidak sia-sia, akhirnya saya bisa naik sepeda juga.

Setelah saya bisa naik sepeda teman-teman saya mengajak saya jalan-jalan naik sepeda. Setiap hari saya tidak ada bosan – bosannya naik sepeda. Suatu hari saya dan teman-teman ( Andi,Janter,Bowo ) pergi jalan-jalan jauh menggunakan sepeda kedaerah kalimalang, nah di daerah itu ada sebuah turunan yang curam sekali yang di ujung turunan itu banyak sekali batu-batunya dan teman – teman saya mengajak untuk lewat situ. ”saya antara berani dan gk berani tu”.
Tetapi saya nekat saja untuk turun. Teman-teman saya sudah berhasil semua untuk menuruni daerah itu, giliran saya terakhir, saya masih takut sekali. Waktu itu dan yang ada di pikiran saya tiba-tiba aneh. Saya memberanikan untuk turun tetapi bukan saya sambil menaiki sepeda untuk menuruni turunan tersebut melainkan sepedanya duluan yang turun, saya mah jalan santai menuruni turunan tersebut. Dan yang ada sepeda saya rusak stangnya, dan belum lagi saya ditertawai oleh teman-teman saya. Karna sepeda saya rusak stangnya, akhirnya saya tuntun sepeda saya sampai rumah.

“ SELESAI “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar