SEPEDAKU OH SEPEDAKU
Dulu sewaktu saya kecil, hidup dengan keluarga yang sederhana dan
harmonis bersama ayah dan ibu saya. Ayah saya yang berkerja sebagai wiraswasta
dan ibu saya sebagai ibu rumah tangga. Sewaktu kecil saya itu selalu di manja
oleh kedua orang tua saya, apa yang saya inginkan selalu di belikan, tapi bukan
dalam waktu yang cepat semua permintaan ku terkabul, dari permintaanku seperti
robot – robotan, senjata ninja (suriken), mobil remote control dll. Semua itu
bisa terpenuhi.
Suatu ketika saya ingin sekali memeiliki sepeda, akan tetapi ayah saya
belum bisa membelikan untuk saya karna ayah saya belum mempunyai uang yang
cukup untuk membelikan saya sebuah sepeda, saya nangis-nangis agar ayah cepat
membelikan sepeda untuk saya seperti teman – teman.
Suatu pagi dan tepat sekali itu di hari ulang tahun saya, tiba-tiba
setelah bangun tidur saya melihat sebuah hadiah yang sepecial dan yang saya
inginkan yaitu sebuah sepeda. Saya senang sekali waktu itu. Tapi kesenangan itu
hanya beberapa saat saja,karna saya bingung apa yang saya lakukan dengan sepeda
saya dan bagaimana cara mengendarai
sepeda itu, karna sebelum meminta sepeda, saya itu belum bisa naik sepeda. Tetapi
sungguh baik ayah. Ayah menyuruh teman – teman saya untuk mengajari saya naik
sepeda. Hari pertama saya belajar naik sepeda jatuh terus, hari kedua juga
masih suka jatuh. Karna keseringan jatuh tangan dan kaki saya itu banyak
korengnya (luka – luka). Hari demi hari saya belajar naik sepeda dan akhirnya
usaha teman – teman saya tidak sia-sia, akhirnya saya bisa naik sepeda juga.
Setelah saya bisa naik sepeda teman-teman saya mengajak saya jalan-jalan
naik sepeda. Setiap hari saya tidak ada bosan – bosannya naik sepeda. Suatu
hari saya dan teman-teman ( Andi,Janter,Bowo ) pergi jalan-jalan jauh
menggunakan sepeda kedaerah kalimalang, nah di daerah itu ada sebuah turunan
yang curam sekali yang di ujung turunan itu banyak sekali batu-batunya dan
teman – teman saya mengajak untuk lewat situ. ”saya antara berani dan gk berani
tu”.
Tetapi saya nekat
saja untuk turun. Teman-teman saya sudah berhasil semua untuk menuruni daerah
itu, giliran saya terakhir, saya masih takut sekali. Waktu itu dan yang ada di
pikiran saya tiba-tiba aneh. Saya memberanikan untuk turun tetapi bukan saya
sambil menaiki sepeda untuk menuruni turunan tersebut melainkan sepedanya
duluan yang turun, saya mah jalan santai menuruni turunan tersebut. Dan yang
ada sepeda saya rusak stangnya, dan belum lagi saya ditertawai oleh teman-teman
saya. Karna sepeda saya rusak stangnya, akhirnya saya tuntun sepeda saya sampai
rumah.
“ SELESAI “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar