A.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan
perilaku yang relatif permanen, terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran
konsumen adalah suatu perubahan
dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman masa lalunya. Konsumen
akan bertingkah laku dengan apa yang dia
rasakan di waktu sebelumnya.
B.
Teori Pembelajaran
1. Teori Pengkondisian Klasik
Suatu teori pembelajaran keperilakuan dimana
suatu stimulus dipasangkan dengan stimulus lain menunjukkan respons yang sudah
diketahui dan dimanfaatkan untuk mendapatkan respon sama ketika digunakan
sendiri.
2.
Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu
mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat
eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai.
3. Pengkondisian Operan
Suatu teori keperilakuan berdasarkan pada suatu
proses trial-and-error, dengan kebiasaan dipaksakan sebagai hasil dari pengalaman
positif (reinforcement) yang didapatkan dari respons atau perilaku tertentu.
4. Pembelajaran sosial
Pengkondisian klasik dipandang sebagai
pembelajaran atas asosiasi-asosiasi di antara berbagai peristiwa yang
memungkinkan organisme mengantisipasi dan merepresentasikan lingkungannya. Dari
titik pandang ini, pengkondisian klasik bukan merupakan tindakan refleksif,
tetapi lebih ke akuisisi pengetahuan baru.
C.
Ilustrasi Teori Pembelajaran
1. Ilustrasi dari classical
conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus
2.
Ilustrasi dari
instrumental conditioning(belajar dari kesalahan)
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas
pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus
tersebut
untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)
3.
Ilustrasi dari cognitive
learning
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk
yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.
4.
Ilustrasi pembelajaran
pasif
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat
keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa
symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap
konsumen
D.
Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive
Learning pada Pemasaran
Pendekatan perilaku
mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan
masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil
keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan
perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian
produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi
yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
E.
Loyalitas Konsumen
Menurut Tjiptono (2000 :
110) loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko
atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka
panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek
diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan
pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk
menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh
pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.
Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain.Dalam upaya untuk mempertahankan pelanggan harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan.
Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain.Dalam upaya untuk mempertahankan pelanggan harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan.
F.
Pembelajaran Vicarious
Pembelajaran Vicarious (Pencontohan) menyangkut pembelajaran
melalui observasi, yang memadukan aspek – aspek dari teori pembelajaran
kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu proses yang
berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang
lain.
Jadi, produsen akan merasa
puas ketika ia mengamati disekitarny (konsumen) merasa puas atas produk yang
dihasilkan.
G.
Pertanyaan dan kajian diskusi
Ketika kita mempertahankan loyalitas konsumen, apakah didalamnya
terdapat faktor pembelajaran vicarious ?
Sumber referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar