A. DEFINISI
perilaku konsumen
menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
B. MITOS DAN RITUAL KEBUDAYAAN
Setiap
masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan budayanya. Mitos
adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan
cita-cita budaya. Ada mitos pewayangan yang dapat diangkat dalam membuat
strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam produk Jamu kuat
“ Kuku Bima Ginseng”. Sehingga pemasar dituntut kreatif menggali mitos agar
bisa digunakan sebagai sarana menyusun strategi pemasaran tertentu.
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang , seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah ‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang , seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah ‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.
C. BUDAYA DAN KONSUMSI
Produk
mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka
berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen
terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun,
bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus
memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan,
crispy (renyah) untuk makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk ‘steak
hot plate’ atau dingin untuk ‘ agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga
didukung dengan bentuk tertentu untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘
kristal biru’ pada detergen untuk pakaian menjadi lebih putih. Produk juga
memberi simbol makna dalam masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan
kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan
keluarga yang erat sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam
memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam
masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
D. STRATEGI PEMASARAN DENGAN
MEMPERHATIKAN BUDAYA
Untuk
mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek
penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen.
Dengan
memahami budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran
pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi.
Beberapa
perubahan pemasaran yag dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1. Tekanan
pada kualitas
2. Peranan
wanita yang berubah
3. Perubahan
kehidupan keluarga
4. Sikap
yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
5. Waktu
senggang yang meningkat
6. Pembelian
secara impulsive
7. Hasrat
akan kenyamanan
E. TINJAUAN SUB-BUDAYA
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat
beberapa konteks penilaian seperti:
1. Afeksi dan
Kognisi.
Penilaian Afeksi dan Kognisi merupakan penilaian terhadap
suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah
berbagai objek atau ide serta kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan atau
aktivitas.
2. Perilaku.
Perilaku merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat
diartikan bentuk sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang ditentukan oleh
faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara berpikir) dan faktor eksternal
(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).
3. Faktor
Lingkungan.
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa keseluruhan lebih berarti
daripada sebagian-bagian. Sedangkan teori lapangan dari Kurt Lewin berpendapat
tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan lingkungan.
Berdasarkan
teori Gestalt dan lapangan bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang
sangat berpengaruh pada perilaku konsumen.
F. SUB-BUDAYA DAN DEMOGRAFI
Berdasarkan analisa dari
bagian-bagian sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang
terbentuk dari sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu
populasi dan dikelompokkan kedalam karakteristik yang sama.
Variabel
yang termasuk kedalam demografis, adalah:
1.
Sub Etnis Budaya.
2.
Sub Budaya-agama.
3.
Sub Budaya Geografis dan Regional.
4.
Sub Budaya Usia.
5.
Sub Budaya Jenis Kelamin.
G. LINTAS BUDAYA (Cross Cultur Consumer Behavior)
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga,
psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan
penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua
hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku
terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan.
Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa
kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan
sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi
perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan
proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.
H. BAURAN PEMASARAN DALAM LINTAS
BUDAYA
Beberapa
hal dalam pemasaran internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah
bagaimana mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri,
bagaimana keputusan masuk ke dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan
standarisasi, bagaimana merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi,
bagaimana merencanakan promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.
I. PERTANYAAN KAJIAN DAN DISKUSI
Kenapa
budaya dapat mempengaruhi konsumen ?
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar